You are here

Jakarta, Indonesia, December 10 - On Human Rights Day, the United Nations and IFI hosted "UNiTE: Music Concert and Performing Arts to End Violence against women" event at M Bloc, Jakarta, today December 10. This event, marking the conclusion of the global 16 Days of Activism against Gender-Based Violence campaign that aims to rally action for a violence-free future for women and girls.

The “UNiTE” event was jointly organized by the Embassy of France, Institut Français Indonesia (IFI), UN in Indonesia - UN Women, UNFPA, and UNDP  in collaboration with the Ministry of Women’s Empowerment and Child Protection, Komnas Perempuan and Yayasan Pulih.

The music and art festival aimed to draw attention, particularly among the youth to speak out on the prevention of violence against women and girls, as well as reinforcing solidarity to the victims and survivors of violence and collaborative efforts in this cause.

In her keynote speech Minister of Women's Empowerment and Child Protection, Bintang Puspayoga, underscored the importance of investing in the protection of women and girls’ rights free from violence for a better future. 

“This campaign is not just a commemoration, it’s a call to work together to end all forms of violence against women and girls at all levels of society.”

Jamshed M. Kazi, UN Women Representative and Liaison to ASEAN, highlighted the significance of the event to emphasize the message that there is no excuse for gender-based violence. 

"Violence against women must and can be prevented unless we choose to stay silent. Transforming harmful social norms and promoting zero tolerance to violence against women is a crucial step towards a safer world for everyone," he stated.

Theater performance by one of the five 'Open Stage' performers from Cendrawasih University and Ottow Geissler University Jayapura.

Data from WHO reveals that one in three women and girls globally experience such violence in their lifetime, underscoring the need for continuous action. 

Further research by UNODC and UN Women shows that 55% of all female homicides are committed by family members or intimate partners, a harrowing fact that emphasizes the urgency of the issue.

In Indonesia, the reported cases of gender-based violence have seen a dramatic increase, rising from 216,156 in 2012 to 457,895 in 2022. Chair of Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, said “The increase in reported cases could be an indication of increased confidence and access for victims to report. Therefore, let's not waste the trust of the victims. Let's work together to ensure that victims can enjoy their rights and include victims' experiences as lessons learned to strengthen efforts to prevent similar cases from recurring."

The event featured music performances from Danilla Riyadi and Hippotopia. Furthermore, this year’s UNiTE event opened applications for an “Open Stage”. The brief asked university students interested in gender equality to submit a video of music and art performances that promote ending violence against women and girls and empowerment.

The Seaflower group from UIN Syarif Hidayatullah Jakarta integrates theater, poetry, music, and ballet in their performance 'Because We Matter' about violence in dating.

Of more than 30 applicants, five performers from universities in Jakarta, Jayapura, Mataram, and Surabaya were selected to showcase their music, poetry, dance, and theatre performances, demonstrating their artistic skills while campaigning for social change.

“Music and art are powerful mediums, and their message to eradicate violence is impactful,” noted Danila Riyadi.

The United Nations in Indonesia continues to forge strong partnerships with government bodies, private sector entities, civil society organizations, and influencers to promote a zero-tolerance culture towards violence.

 The participation of UNFPA champion Ayu Saraswati underscored the ongoing advocacy efforts necessary for this cause.

Talkshow about "investing in preventing violence against women" together with Ayu Saraswati, UNFPA champion and Wawan Suwandi, Pulih Foundation.

“We must end the permissive culture of normalizing violence against women. Each one of us plays a vital part in eliminating violence against women. We must continue to push for change at all levels,” said UNFPA Champion Ayu Saraswati.

Expressing the need for collective efforts to end violence against women and girls, Director of IFI and Counselor for Cooperation of the French Embassy in Indonesia, Jules Irrmann said "It is a priority for France, it is a world issue, it is our combat. We have to act together: say no to any forms of violence, stop to normalize, and break the silence. We have to speak up and support the victims."

Media Contact:

UN Women: Radhiska Anggiana I 08121347144 (radhiska.anggiana@unwomen.org)

UN Information Center: Siska Widyawati I 087884885489 (siska.widyawati@un.org)

 

---

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan IFI Peringati Hari Hak Asasi Manusia dengan "UNiTE" Desak Aksi Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Perempuan

Antoine Bricout, Atase Kerja Sama Pendidikan & Universitas, Andy Yentriyani, Ketua Komnas Perempuan, Valerie Julliand, Kepala Perwakilan PBB di Indonesia membuka acara UNiTE: Konser Musik dan Pertunjukan Seni untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan untuk memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yg diselenggarakan di M Bloc Live House, 10 Desember 2023.

Jakarta, Indonesia, 10 Desember - Pada Hari Hak Asasi Manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan IFI mengadakan acara "UNiTE: Konser Musik dan Pertunjukan Seni untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap perempuan" di MBloc, Jakarta, hari ini 10 Desember. 

Acara ini, menandai hari terakhir dari kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang bertujuan untuk menggalang aksi demi masa depan bebas kekerasan bagi perempuan dan anak perempuan.

Acara "UNiTE" diselenggarakan bersama oleh Kedutaan Besar Prancis, Institut Français Indonesia (IFI), PBB di Indonesia - Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), Dana Kependudukan PBB (UNFPA), dan Program Pembangunan PBB (UNDP) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komnas Perempuan dan Yayasan Pulih.
 
Festival musik dan seni ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian, khususnya di kalangan pemuda untuk bersuara dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, serta memperkuat solidaritas terhadap korban dan penyintas kekerasan, serta mendorong upaya kolaboratif untuk mengatasi isu ini.

Dalam pidato utamanya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menekankan pentingnya investasi dalam perlindungan hak perempuan dan anak perempuan bebas dari kekerasan untuk masa depan yang lebih baik. “Kampanye ini bukan hanya peringatan, tetapi juga sebuah panggilan untuk bersama-sama mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di seluruh lapisan masyarakat.”

Jamshed M. Kazi, UN Women Representative and Liaison to ASEAN, menyoroti pentingnya acara ini untuk menekankan pesan bahwa tidak ada alasan untuk kekerasan berbasis gender. "Kekerasan terhadap perempuan harus dan bisa dicegah, kecuali kita memilih untuk diam. Mengubah norma sosial yang berbahaya dan mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan adalah langkah penting menuju dunia yang lebih aman bagi semua orang," katanya.

Pertunjukan teater dari salah satu dari lima penampil “Open Stage” dari Universitas Cendrawasih dan Universitas Ottow Geissler Jayapura.

Data dari WHO mengungkapkan bahwa satu dari tiga perempuan dan anak perempuan secara global mengalami kekerasan setidaknya sekali dalam hidup mereka, yang menekankan perlunya tindakan berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut oleh UNODC dan UN Women menunjukkan bahwa 55% dari semua pembunuhan terhadap perempuan dilakukan oleh anggota keluarga atau pasangan intim, fakta mengerikan yang menekankan urgensi masalah ini.

Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan telah mengalami peningkatan dramatis, naik dari 216.156 pada tahun 2012 menjadi 457.895 pada tahun 2022. Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani mengatakan, ”Peningkatan angka pelaporan bisa jadi adalah indikasi meningkatnya kepercayaan diri dan akses korban untuk melapor. Karena itu, jangan sia-siakan kepercayaan korban. Mari gerak bersama kita pastikan korban dapat menikmati haknya, dan menjadikan pengalaman korban sebagai pembelajaran untuk meneguhkan upaya mencegah kejadian serupa berulang.”

Acara ini menampilkan pertunjukan musik dari Danilla Riyadi dan Hippotopia. Selain itu, acara UNiTE tahun ini membuka pendaftaran untuk “Panggung Terbuka” atau “Open Stage”. “Panggung Terbuka” mengajak mahasiswa yang tertarik pada isu kesetaraan gender untuk mengirimkan video pertunjukan musik dan seni yang mempromosikan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan serta pemberdayaan.

Kelompok Seaflower dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatukan teater, puisi, musik, dan ballet dalam penampilan “Karena Kita Berarti” tentang kekerasan dalam pacaran.

Dari lebih dari 30 pendaftar, lima penampil dari universitas di Jakarta, Jayapura, Mataram, dan Surabaya terpilih untuk menampilkan musik, puisi, tarian, dan pertunjukan teater mereka, serta menunjukkan keterampilan artistik sambil berkampanye untuk perubahan sosial.

“Musik dan seni adalah media yang kuat, dan pesan mereka untuk memberantas kekerasan sangat berdampak,” kata Danila Riyadi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia terus membangun kemitraan yang kuat dengan lembaga pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan influencer untuk mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan. Partisipasi Ayu Saraswati, UNFPA Champion, menekankan upaya advokasi berkelanjutan yang diperlukan untuk tujuan ini.

Talkshow tentang “berinvestasi pada pencegahan kekerasan terhadap perempuan” bersama dengan Ayu Saraswati, UNFPA champion dan Wawan Suwandi, Yayasan Pulih.

“Kita harus mengakhiri budaya permisif yang menormalisasi kekerasan terhadap perempuan. Setiap dari kita memainkan peran penting dalam mengeliminasi kekerasan terhadap perempuan. Kita harus terus mendorong perubahan di semua tingkatan,” kata UNFPA Champion, Ayu Saraswati.
Konselor Kerja Sama & Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis/Direktur IFI, Jules Irrmann menyorot kolaborasi kolektif untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan. 

"Ini adalah prioritas bagi Prancis, ini adalah masalah dunia, ini adalah perjuangan kita. Kita harus bertindak bersama: katakan tidak pada segala bentuk kekerasan, stop normalisasi kekerasan, dan pecahkan keheningan. Kita harus bersuara dan mendukung korban.".

Kontak Media
UN Women: Radhiska Anggiana I 08121347144 (radhiska.anggiana@unwomen.org)
UN Information Center: Siska Widyawati I 087884885489 (siska.widyawati@un.org)