You are here

Jakarta, 29 July 2022 – Nearly half of all pregnancies, totaling 121 million each year throughout the world, are unintended, says the State of World Population 2022 (SWOP) report, released globally on 30 March 2022 by UNFPA, the United Nations sexual and reproductive health agency. In Indonesia, the SWOP 2022 report was launched today (29/07) in Bogor through a hybrid talk show organized by the United Nations Population Fund (UNFPA) and the National Population and Family Planning Board (BKKBN).  

“For many women, the most life-altering reproductive choice—whether or not to become pregnant—is no choice at all,” said Anjali Sen, UNFPA Indonesia Representative, in her remarks today a the SWOP 2022 report launch (29/07). “Around a quarter of all women in the world are unable to say no to sex, nor make decisions about their own health care… Learning that an estimated half of all pregnancies are not by choice opens our eyes to the state of neglect of women’s reproductive freedom,” she elaborated.

The groundbreaking report, “Seeing the Unseen: The case for action in the neglected crisis of unintended pregnancy,” warns that this human rights crisis has profound consequences for societies, women and girls and global health. Over 60 per cent of unintended pregnancies end in abortion and an estimated 45 per cent of all abortions are unsafe, causing 5-13 per cent of all maternal deaths, thereby having a major impact on the world’s ability to reach the Sustainable Development Goals.

“Guttmacher Institute’s data quoted by the SWOP 2022 report show that between 2015-2019 in Indonesia 40 percent of pregnancies were unintended. In Indonesia, based on WHO’s data, there are 200 million pregnancies every year, and 75 million of them or  38 percent, were unintended pregnancies,” Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng, Deputy for Population Management, BKKBN, explained. “I call for all stakeholders to take action to prevent and address the unintended pregnancy crisis because it is not an isolated health issue, but a symbol of prevalent injustice in the rights and status of women all around the globe,” he affirmed.

“Every pregnancy must be planned well to generate healthy babies and healthy mothers,” said drg Kartini Rustandi M.Kes, Director of Health of Productive Age and Older Persons of the Ministry of Health, who delivered the Minister of Health’s keynote speech. “The government is committed to conduct minimum service standards in primary services… so that we can address maternal and child health issues in Indonesia,” she continued.

The SWOP 2022 report launch talk show was hosted by dr. Boy Abidin, influencer and obstetrics and gynecology specialist, and featured Dr. dr. Melania Hidayat, MPH (UNFPA Indonesia Assistant Representative), dr. Eni Gustina, MPH (Deputy of Family Planning and Reproductive Health, BKKBN), Satyawanti Mashudi (Commissioner of Komnas Perempuan), and dr. Mesty Ariotedjo, SpA (Influencer & Activist on Child’s Health) as speakers.  Watch the event on Youtube MyUNFPAIndonesia.

Key findings: Gender inequality and stalled development drive high rates of unintended pregnancies

Globally, an estimated 257 million women who want to avoid pregnancy are not using safe, modern methods of contraception, and where data is available, nearly a quarter of all women are not able to say no to sex. A range of other key factors also contribute to unintended pregnancies, including:

  • Lack of sexual and reproductive health care and information
  • Contraceptive options that don't suit women's bodies or circumstances
  • Harmful norms and stigma surrounding women controlling their own fertility and bodies
  • Sexual violence and reproductive coercion
  • Judgmental attitudes or shaming in health services
  • Poverty and stalled economic development
  • Gender inequality

All of these factors reflect the pressure societies place on women and girls to become mothers. An unintended pregnancy is not necessarily a personal failure and may be due to the lack of autonomy society allows or the value placed on women’s lives.

About the SWOP Report

The State of World Population report is UNFPA’s annual flagship publication. Published yearly since 1978, it shines a light on emerging issues in the field of sexual and reproductive health and rights, bringing them into the mainstream and exploring the challenges and opportunities they present for international development.

This report’s analysis builds upon new data from our partner, the Guttmacher Institute, released on 24 March.

About UNFPA Indonesia

UNFPA, the United Nations Population Fund, works to deliver a world where every pregnancy is wanted, every child birth is safe and every young person’s potential is fulfilled. Since 1972, UNFPA has been one of Indonesia’s most prominent partners in reproductive health, youth, population and development, and gender equality.

UNFPA Indonesia strives to achieve three transformative results also known as three zeros, a global commitment to end preventable maternal deaths, unmet need for family planning, and gender-based violence and harmful practices, guided by the 1994 International Conference on Population and Development (ICPD) and Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 Agenda. For more information, please visit https://indonesia.unfpa.org/ 

For more information, please contact:

Dian Agustino (Communications Analyst, UNFPA Indonesia): agustino@unfpa.org

---

SIARAN PERS

Laporan UNFPA: 121 Juta Kehamilan di Dunia Terjadi Tanpa Direncanakan

Jakarta, 29 Juli 2022 – Hampir setengah dari semua kehamilan dengan total 121 juta setiap tahunnya di seluruh dunia, terjadi tanpa direncanakan, menurut Laporan Situasi Kependudukan Dunia (SWOP) 2022, yang dirilis secara global pada 30 Maret 2022 oleh Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNFPA). Di Indonesia, laporan SWOP 2022 ini diluncurkan hari ini (29/07) di Bogor melalui  talk show hybrid yang diselenggarakan oleh UNFPA and Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).  

“Bagi banyak perempuan, pilihan reproduksi yang paling mengubah hidup--apakah mereka ingin hamil atau tidak--bukan pilihan sama sekali,” kata Anjali Sen, Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia, dalam sambutannya hari ini pada peluncuran laporan SWOP 2022 (29/07). “Mengetahui bahwa sekitar separuh dari seluruh kehamilan terjadi di luar pilihan perempuan membuka mata kita akan terabaikannya kebebasan reproduktif perempuan… Sekitar seperempat dari seluruh perempuan di dunia tidak bisa berkata tidak pada seks, ataupun membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka sendiri, “ lanjutnya. 

Laporan yang bertajuk “Melihat yang Tidak Terlihat: Alasan untuk bertindak dalam krisis kehamilan tidak direncanakan yang terabaikan” ini memperingatkan bahwa krisis hak asasi manusia ini berdampak mendalam terhadap masyarakat, perempuan dan anak perempuan, dan kesehatan global. Lebih dari 60 persen kehamilan tidak direncanakan berakhir dengan aborsi, dan sekitar 45 persen dari seluruh aborsi tidak aman dan mengakibatkan 5-13 persen dari seluruh kematian ibu, sehingga berdampak besar terhadap kemampuan dunia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). 

“Data Guttmacher Institute yang dikutip dalam Laporan SWP 2022 menunjukkan bahwa antara tahun 2015-2019 di Indonesia sebanyak 40 persen kehamilan tidak direncanakan. Di Indonesia, berdasarkan data WHO, terdapat 200 juta kehamilan per tahun, di mana sebanyak 75 juta kehamilan atau 38 persen di antaranya merupakan kehamilan tidak direncanakan,” jelas Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN. “Saya mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bertindak guna mencegah dan mengatasi krisis KTD karena KTD bukanlah masalah kesehatan yang terisolasi, tetapi simbol dari ketidakadilan yang meluas dalam hak dan status perempuan di seluruh dunia” tegasnya. 

“Setiap kehamilan harus direncanakan dengan baik untuk menghasilkan bayi yang sehat dan tentu saja ibu yang sehat,” kata drg Kartini Rustandi M.Kes, Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lansia Kementerian Kesehatan yang menyampaikan keynote speech Menteri Kesehatan. “Pemerintah berkomitmen melakukan standar pelayanan minimum pada tingkat pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, dan balita. Harapannya, masalah kesehatan pada ibu dan anak di Indonesia dapat diatasi,” lanjutnya.

Acara talk show peluncuran SWOP 2022 ini dipandu oleh dr. Boy Abidin, influencer dan spesialis obstetrik dan ginekologi, dan menampilkan Dr. dr. Melania Hidayat, MPH (UNFPA Indonesia Assistant Representative), dr. Eni Gustina, MPH (Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN), Satyawanti Mashudi (Komisioner Komnas Perempuan), dan dr. Mesty Ariotedjo, SpA (influencer/penggiat tentang anak) sebagai pembicara. Saksikan acara ini di Youtube MyUNFPAIndonesia.

Temuan kunci: Ketidaksetaraan gender dan pembangunan yang terhambat mengakibatkan tingkat kehamilan tidak direncanakan yang tinggi 

Secara global, diperkirakan 257 jugta perempuan yang ingin menghindari kehamilan tidak menggunakan metode kontrasepsi modern yang aman, dan di mana data tersedia, hampir seperempat perempuan tidak bisa berkata tidak pada seks. Berbagai faktor kunci lainnya juga mengakibatkan kehamilan tidak direncanakan, termasuk:

  • Kurangnya layanan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi
  • Pilihan-pilihan kontrasepsi yang tidak sesuai dengan tubuh atau situasi perempuan
  • Norma-norma dan stigma berbahaya tentang perempuan yang mengendalikan fertilitas dan tubuh mereka
  • Kekerasan seksual dan pemaksaan reproduksi
  • Sikap yang menghakimi atau mempermalukan dalam layanan kesehatan
  • Kemiskinan dan pembangunan ekonomi yang terhambat 
  • Ketidaksetaraan gender 

Semua faktor ini mencerminkan tekanan masyarakat terhadap perempuan dan anak perempuan untuk menjadi ibu. Kehamilan tidak direncanakan bukan berarti kegagalan personal dan bisa jadi diakibatkan kurangnya otonomi perempuan atau nilai yang disematkan masyarakat terhadap perempuan.

Tentang Laporan SWOP

Laporan Situasi Kependudukan Dunia adalah publikasi tahunan unggulan UNFPA. Diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1978, laporan ini mengungkap isu-isu terbaru di bidang kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, mengangkatnya menjadi isu-su arus utama, dan menggali tantangan-tantangan serta peluang-peluang yang dihadirkan untuk pembangunan internasional. 

Analisis di laporan ini dibangun dari data baru yang dikumpulkan mitra kami, the Guttmacher Institute, yang dirilis pada 24 Maret.

Tentang UNFPA Indonesia

UNFPA adalah badan terkemuka PBB yang bekerja untuk menciptakan dunia di mana setiap kehamilan diinginkan, setiap persalinan berlangsung dengan aman, dan potensi setiap orang muda terpenuhi. Sejak 1972, UNFPA sudah menjadi salah satu mitra terdepan Indonesia dalam kesehatan reproduksi, orang muda, kependudukan dan pembangunan, dan kesetaraan gender.

UNFPA Indonesia berupaya untuk mencapai three transformative results yang juga dikenal sebagai three zeros, sebuah komitmen global untuk mengakhiri kematian ibu yang bisa dicegah, kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi, dan kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya, yang dipandu oleh International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 dan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://indonesia.unfpa.org/

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Dian Agustino (Communications Analyst, UNFPA Indonesia): agustino@unfpa.org