Jakarta, 21 June 2023 – Efforts to influence fertility rates as a response to the demographic changes that the world of 8 billion brings are very often ineffective and can erode women’s rights, according to UNFPA's 2023 State of World Population report (SWP) “8 Billion Lives, Infinite Possibilities: the case for rights and choices”, launched today in Jakarta by UNFPA and BKKBN (21/06).
A UNFPA’s flagship publication, the SWP report was launched globally on 19 April 2023. It calls for a radical rethink of how population numbers are framed – urging politicians and media to abandon overblown narratives about population booms and busts. Instead of asking how fast people are reproducing, leaders should ask whether individuals, especially women, are able to freely make their own reproductive choices – a question whose answer, too often, is no.
“We want to prevent a reactive response to the world of 8 billion and the demographic changes it has brought, which could threaten human rights, particularly reproductive rights,” said Anjali Sen, UNFPA Indonesia Representative, in her remarks. “Putting the burden on women to have more or fewer children robs their autonomy over their own body and their own life. When equal opportunities are available for everyone, and everyone can exercise their rights, people can thrive, living healthy and achieving their full potential.”
“Comprehensive reproductive health services and promoting gender equality is required in all regions,” said Deputy for Population Management of the National Population and Family Planning Board (BKKBN) Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng, in his opening remarks. “We must also uphold human rights, and strengthen social protection and health systems, promote rights of migrants, as well as adapt to climate change and mitigate its effects.”
Dr. Dwi Listyawardani who represented the Chief of BKKBN Dr. (HC) Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) in delivering the keynote speech emphasized the critical need of sexual and reproductive health education for adolescents and young people. A staggering 44 percent of partnered women and girls in 68 reporting countries do not have the right to make informed decisions about their bodies when it comes to having sex, using contraception and seeking health care; and an estimated 257 million women worldwide have an unmet need for safe, reliable contraception.
The report strongly recommends governments institute policies with gender equality and rights at their heart, such as parental leave programmes, policies that promote gender equality in the workplace, and universal access to sexual and reproductive health and rights. Family planning and sexual and reproductive health services must be used for empowering individuals to choose if, when and how many children they would like to have, free from coercion. These offer a proven formula that will reap economic dividends and lead to resilient societies able to thrive no matter how populations change.
The launch event was followed by a talk show about rights and choices in the world of 8 billion. Moderated by Diah Ikawati (BPS-Statistics Indonesia), the talk show featured Dr. dr. Melania Hidayat, MPH (UNFPA Indonesia Assistant Representative), Mariana Amiruddin (Vice Chairperson of the National Commission on Violence against Women/Komnas Perempuan), Dante Rigmalia (Chairperson of the National Commission on Disabilities/Komnas Disabilitas), Syifana Ayu Maulida/Sam (youth content creator at Sisilism, member of UNFPA’s Community of Practice), dr. Eni Gustina, MPH (Deputy of Family Planning and Reproductive Health, BKKBN), and Maliki, ST, MSIE, Ph.D (Acting Deputy for Population and Labor, the National Development Planning Ministry/Bappenas) as speakers.
See the SWP 2023 launch and talk show on Youtube.
Key Facts and Figures from the 2023 State of World Population:
- Twenty-four per cent of partnered women and girls are unable to say no to sex and 11 per cent are unable to make decisions specifically about contraception, according to data from 68 reporting countries.
- A survey of eight countries showed people who had been exposed to media or conversations about the world’s population were more likely to view the global population as being too high.
- Global demographics are changing rapidly: Two thirds of people are living in low fertility contexts, while eight countries will account for half the projected growth in global population by 2050 (the Democratic Republic of the Congo, Egypt, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, the Philippines and the United Republic of Tanzania), dramatically reordering the world’s ranking of most populous countries.
- Blaming fertility for climate change will not hold the greatest carbon emitters to account. Out of 8 billion people, around 5.5 billion do not make enough money, about $10 a day, to contribute significantly to carbon emissions.
- A recent UN study says greater gender parity in the labour force would do more to sustain economies in ageing, low-fertility societies than setting targets for women to have more children.
***
The State of World Population report is UNFPA’s annual flagship publication. Published yearly since 1978, it shines a light on emerging issues in the field of sexual and reproductive healthand rights, bringing them into the mainstream and exploring the challenges and opportunities they present for international development. This year’s report includes contributions from two UN partners: the International Organization for Migration and the Population Division of the Department of Economic and Social Affairs.
You can access the UNFPA State of World Population report 8 Billion Lives, Infinite Possibilities: the case for rights and choices here: www.unfpa.org/swp2023
About UNFPA in Indonesia
UNFPA, the United Nations Population Fund, works to deliver a world where every pregnancy is wanted, every child birth is safe and every young person’s potential is fulfilled. Since 1972, UNFPA has been one of Indonesia’s most prominent partners in reproductive health, youth, population and development, and gender equality.
UNFPA Indonesia strives to achieve Three Zeros, a global commitment to end preventable maternal deaths, unmet need for family planning, and gender-based violence and harmful practices, guided by the 1994 International Conference on Population and Development (ICPD) and Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 Agenda. To learn more, please visit https://indonesia.unfpa.org/
For more information, please contact:
Rahmi Dian Agustino (Communications Analyst, UNFPA Indonesia): agustino@unfpa.org
SIARAN PERS
Laporan UNFPA Mendesak Pendekatan Baru untuk Merespon Perubahan Demografi
Jakarta, 21 Juni 2023 – Upaya untuk mengubah tingkat fertilitas sebagai respon terhadap perubahan demografi akibat meningkatnya jumlah penduduk dunia menjadi 8 miliar pada November 2022 seringkali tidak efektif dan bisa mengancam hak-hak perempuan, menurut laporan Situasi Kependudukan Dunia (SWP) 2023 “Delapan Miliar Kehidupan, Kesempatan Tanpa Batas: Pentingnya Hak dan Pilihan”, yang diluncurkan hari ini di Jakarta oleh UNFPA danBKKBN (21/06).
Publikasi unggulan UNFPA, laporan SWP dirilis secara global pada 19 April 2023. Laporan ini mengajak kita untuk berpikir ulang secara radikal tentang bagaimana kita melihat angka kependudukan, dan mendesak politisi serta media untuk tidak lagi menggunakan narasi berlebihan tentang populasi yang meledak atau menyusut. Alih-alih bertanya tentang seberapa cepat masyarakat bereproduksi, pemimpin sebaiknya bertanya apakah individu, terutama perempuan, bisa membuat pilihan reproduksi mereka sendiri. Jawaban dari pertanyaan ini seringkali berbunyi “tidak”.
“Kita ingin mencegah respon reaktif terhadap dunia 8 miliar dan segala perubahan demografis yang diakibatkannya, yang bisa mengancam hak asasi manusia, terutama hak reproduksi,” kata Anjali Sen, Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia, pada sambutannya. “Menempatkan beban pada perempuan untuk memiliki lebih banyak atau lebih sedikit anak merampas otonomi perempuan atas tubuh dan hidupnya sendiri. Ketika setiap orang mendapat peluang setara dan bisa menikmati hak-haknya, masyarakat bisa berkembang, hidup sehat, dan mencapai potensi penuh mereka.”“Layanan kesehatan reproduksi dan perlindungan kesetaraan gender yang komprehensif dibutuhkan di semua daerah,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng pada pidato pembukaannya. “Kita juga harus berupaya menegakkan hak asasi manusia, dan memperkuat perlindungan sosial dan sistem kesehatan, mempromosikan hak-hak migran, dan berupaya beradaptasi dengan perubahan iklim serta memitigasi efeknya.”
Dr. Dwi Listyawardani yang mewakili Kepala BKKBN Dr. (HC) Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) dalam pidato kuncinya menekankan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan orang muda. Sebanyak 44 persen perempuan dan anak perempuan yang sudah berpasangan di 68 negara tidak memiliki hak untuk membuat keputusan matang tentang tubuh mereka ketika akan berhubungan seks, memakai kontrasepsi, dan mencari layanan kesehatan; dan sekitar 257 juta perempuan di seluruh dunia memiliki kebutuhan yang tak terpenuhi untuk kontrasepsi yang aman dan bisa diandalkan.
Laporan ini merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang menempatkan kesetaraan gender dan hak asasi manusia pada intinya, seperti program cuti untuk kedua orangtua, kebijakan yang mendorong kesetaraan gender di tempat kerja, dan akses kesehatan dan hak seksual dan reproduksi yang universal. Layanan keluarga berencana dan kesehatan seksual dan reproduksi harus menjadi alat untuk memberdayakan individu untuk memilih apakah ia ingin punya anak, kapan ia ingin punya anak, dan berapa banyak anak yang ia inginkan, bebas dari paksaan siapapun. Kebijakan-kebijakan ini menawarkan formula yang telah terbukti membantu kita meraup bonus ekonomi dan membangun masyarakat yang tangguh dan tumbuh di tengah perubahan kependudukan.
Acara peluncuran laporan SWP 2023 diikuti dengan talk show tentang hak dan pilihan di dunia 8 miliar. Dimoderatori oleh by Diah Ikawati (Badan Pusat Statistik/BPS), diskusi ini menampilkan Dr. dr. Melania Hidayat, MPH (UNFPA Indonesia Assistant Representative), Mariana Amiruddin (Wakil Ketua Komnas Perempuan), Dante Rigmalia (Ketua Komnas Disabilitas), Syifana Ayu Maulida (youth content creator dari platform Sisilism, anggota Community of Practice UNFPA), dr. Eni Gustina, MPH (Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN), dan Maliki, ST, MSIE, Ph.D (Plt. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Bappenas) sebagai pembicara.
Ikuti acara peluncuran dan talk show SWP 2023 di Youtube.
FAKTA DAN ANGKA KUNCI SWP 2023
- Dua puluh empat persen perempuan dan anak perempuan tidak bisa berkata tidak pada seks, dan 11 persen tidak bisa membuat keputusan terutama tentang kontrasepsi.
- Sekitar 257 juta perempuan di seluruh dunia memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk kontrasepsi yang aman dan terpercaya.
- Sebuah survei di delapan negara menunjukkan bahwa orang-orang yang sudah terekspos dengan media atau percakapan tentang penduduk dunia lebih mungkin untuk berpandangan bahwa jumlah penduduk dunia terlalu besar.
- Demografi global berubah dengan cepat: dua per tiga orang hidup di konteks fertilitas rendah, sementara delapan negara akan menyumbangkan setengah dari proyeksi perkembangan populasi dunia di 2050 (Republik Demokrat Kongo, Mesir, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Fillipina, and Republik Persatuan Tanzania), yang akan secara dramatis merestrukturisasi peringkat negara-negara berpenduduk paling banyak di dunia.
- Menyalahkan fertilitas atas perubahan iklim tidak akan membuat penyumbang emisi karbon terbesar bertanggung jawab. Dari 8 miliar orang, sekitar 5,5 miliar di antaranya tidak menghasilkan cukup uang (sekitar $10/Rp 150.000 sehari) untuk bisa berkontribusi pada emisi karbon secara signifikan.
- Sebuah studi PBB baru-baru ini mengatakan bahwa kesetaraan gender dalam ketenagakerjaan akan jauh lebih membantu dalam menyokong ekonomi di masyarakat yang menua dan memiliki fertilitas rendah ketimbang menyusun target agar perempuan punya lebih banyak anak.
***
Laporan Situasi Kependudukan Dunia adalah publikasi tahunan unggulan UNFPA. Diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1978, laporan ini mengungkap isu-isu terbaru di bidang kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, mengangkatnya menjadi isu-su arus utama, dan menggali tantangan-tantangan serta peluang-peluang yang dihadirkan untuk pembangunan internasional. Laporan tahun ini menyertakan kontribusi dari mitra PBB: International Organization for Migration (IOM) dan Population Division of the Department of Economic and Social Affairs.
Akses laporan SWP 2023 di sini: www.unfpa.org/swp2023
Tentang UNFPA Indonesia
UNFPA adalah badan terkemuka PBB yang bekerja untuk menciptakan dunia di mana setiap kehamilan diinginkan, setiap persalinan berlangsung dengan aman, dan potensi setiap orang muda terpenuhi. Sejak 1972, UNFPA sudah menjadi salah satu mitra terdepan Indonesia dalam kesehatan reproduksi, orang muda, kependudukan dan pembangunan, dan kesetaraan gender.
UNFPA Indonesia berupaya untuk mencapai Three Zeros, sebuah komitmen global untuk mengakhiri kematian ibu yang bisa dicegah, kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi, dan kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya, yang dipandu oleh International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 dan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://indonesia.unfpa.org/
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Rahmi Dian Agustino (Communications Analyst, UNFPA Indonesia): agustino@unfpa.org